Kisah Surti Selepas Tedjo Pergi ( Bagian 2 )

x

Seminggu kemudian, di suatu malam bapak tidur di tengah. Biasanya di pojok. Tahu-tahu bapak berbalik dan tanngannya menindih tubuhku. Duh beratnya. Kudorong pelan, supaya ia balik lagi. Tapi susah sekali. Grookk... ah..pakai ngorok..gimana aku bisa tidur.

Tiba-tiba saja, tangannya itu menyelusup masuk di antara kedua pangkal pahaku. Shh...alamak...ahh...hasratku bangkit lagi ...situnya kepegang.

Aku coba dorong lagi badannya, tapi tidak bisa. Jadinya aku pasrah saja kemaluanku dipegang-pegang bapak dari luar celana.

Bapak gak pernah berbuat seperti ini sebelumnya. Kulihat wajahnya seperti orang tertidur. Tapi tangannya terus bergerak-gerak menggesek selangkanganku. Ya sudah aku diam saja. Bahkan aku lebarin kedua pahaku. Aku pejamkan mataku, menikmati gerakan-gerakan yang dilakukan bapak di bagian bawah itu.

Lama-lama gerakannya makin cepat. Alisku sampai merengut merasakan kenikmatan gerakan tangan bapakku. Kurengut-rengut kain selimut. Lalu kupegang tangan bapak, merasakan gerakan tangannya yang membuatku merasa seperti ini.

"Aah..." jeritku dalam hati, rasa geli smakin memuncak.

Srr...srr...srrrr... akhirnya aku keluar...

Keesokan paginya bapak bersikap seperti tidak terjadi apa-apa malam itu. Tapi aku jelas tidak dapat menyembunyikan perasaanku. Ada rasa malu, aneh, bercampur aduk."Mak, pak, Surti pergi ke sekolah dulu ya...."
"Sekalian sama bapak yuk," kata bapak. Bapak juga mau pergi ke pusat.
"Gih pergi sama bapak, tumben tuh dia mau nganterin...," ucap emak.

Aku diam saja. Bayang-bayang semalam masih teringat jelas di pikiranku.

"Bu, aku pergi dulu ya..."
"Ati-ati di jalan ya...."

Aku dan bapak berjalan bersama. Ia menggandeng tanganku. Sudah berapa lama, ya aku tidak berjalan bersama bapak. Biasanya pagi-pagi subuh ia sudah pergi duluan dan aku selalu berjalan sendiri ke sekolah.

Saat di jalan, tiba-tiba bapak mengambil jalan yang bukan jalan tercepat ke sekolah. Ia mengambil rute yang lain. Aku bingung. Tapi aku ikuti saja.
Setelah itu eh malah makin menjauh dari jalan.

"Pak kita mau kemana?"
"Ikut saja..."

Kami berjalan melewati jalan setapak yang mulai berubah menjadi tanah. Terdengar suara sungai dari kejauhan. Rupanya kami sedang menuju salah satu sungai yang ada di desa kami.

Di pinggir sungai ada sebuah batu yang besar. Bapak duduk disitu.

"Surti, ayo sini bapak pangku."

Aku melompat ke pangkuannya. Sudah lama aku tidak dipangku olehnya. Aku merasa senang. Tapi bagaimana sekolah? Hari semakin siang.

"Pak, aku ntar telat..."
"Gak apa-apa, hari kamu gak usah sekolah."
"Kenapa?"
"Ada yang ingin bapak bicarakan sama kamu..."
"Bicara apa?"

Angin bertiup sepoi. Air bergemericik. Sesekali kurasakan cipratan air sungai yang terbelah di batu.

"Kamu suka dengan yang bapak lakukan semalam?"
Aku terdiam sejenak.
"Yang mana?" Tanyaku pura-pura tak tahu.
"Waktu bapak pegang-pegang kemaluanmu..."
Mukaku memerah dan aku tertunduk. Kubiarkan rambutku yang seleher, jatuh menutupi wajahku.

Bapak menyampirkannya ke telingaku.
"Surti suka gak...?"
Aku menatap nanar ke sungai. Diam seribu kata.
Bapak membelai kepalaku lembut.
"Suka?" Tanya bapak lagi...
Aku mengangguk.

"Alasan bapak melakukan itu, karena bapak suka lihat kamu usap-usap sendiri, kalau bapak lagi main sama emak. Bapak terangsang ngeliat kamu begitu..."
"Terangsang itu apa, pak?"

Bola mata bapak, menatap ke atas lalu bergerak kiri dan kanan. Seolah ia mencari jawaban di atas kepalanya.

"Terangsang itu seperti ini..."
Tangan bapak menyentuh betisku. Lalu perlahan merambat naik. Menyelusup masuk ke dalam rok merahku, melewati lutut. Kemudian ia mengusap-usap pahaku.

Aku menatap wajahnya. Nafasku jadi tak beraturan. Tangannya yang lain menyelip lewat lengan atasku, menyentuh dadaku dan mengusap-usap daerah putingku.

"Pak...," ucapku lirih. Kurebahkan kepalaku di dadanya.

"Surti mengerti?"
"Ngerti pak..."

Tangan bapak yang mengusap pahaku, kini jari telunjkknya menggesek-gesek belahan lubangku dari luar CD. Tanpa ragu kulebarkan kedua pahaku, membiarkan ia kembali melakukan hal yang semalam kepadaku.

"Tarik roknya, nak...bapak mau lihat paha dan CD kamu...."

Aku sudah mengerti kesukaan laki-laki. Kutarik rok merahku hingga bapak bisa melihat leluasa bagian bawah tubuhku.

"Bapak ingin Surti lepas CD?" Tanyaku berbisik?

Bapak menatapku, tak menjawab. Lalu ia mencium bibirku.

"Iyah, lepas gih..."

Aku turun dari pangkuan bapak, berdiri di dalam sungai yang dalamnya semata kaki.

Aku memungguni bapak. Kulepas rokku dan kulempar ke tanah. Selanjutnya kutarik ke bawah CD ku. Aku membungkuk, untuk meloloskan dari kakiku.

Di saat itu aku sedang membungku itu, tiba-tiba aku merasakan sebuah jari, masuk ke lubangku dari belakang.

"Aaaah..."
"Cantik kemaluanmu surti..."

Bapak menusuk-nusuk lubangku dari belakang.

CD yang belum sempat kulepas, dan masih tersangkut di kaki kiri menjadi basah terendam air sungai.

"aah..ahh...pak...ahhh," aku melenguh seperti tidak pernah sebelumnya.
"Surti...bapak terangsang banget nih...."
"Gara-gara Surti?"

Kemaluanku terasa geli sekali.

Tiba-tiba saja tusukan jari itu berhenti. Aku menengok kebelakang, kenapa bapak berhenti. Kulihat bapak melepaskan sabuk celanannya, membuka reseletingnya dan mengeluarkan sebuah batang panjang seperti yang pak Imam pernah lakukan.

"Surti berlutut..."

Aku menurutinya.

"Bapak mau main di mulut kamu, nak."

Aku ada dugaan apa yang ingin ia lakukan. Aku membuka mulutku. Ternyata benar, batang bapak dimasukkan ke dalam mulutku.

Bapak mengeluar masukkan benda itu ke dalam mulutku.

"Shh..ahh...ah...enak nak..."
Ia menahan kepalaku. Pinggulnya digerakkan maju mundur. 5 menit ia begitu.

Kulirik wajah bapak, tampaknya ia keenakan sekali.

"Sedikit lagi...sedikit lagi...."

Sedikit apa? Pikirku...

CRRoot crottt crott

Kurasakan cairan hangat kental menyembur di dalam mulutku. Aku kaget setengah mati. Apakah bapak kencing di mulutku.
Aku ingin segera menarik mulutku, tapi bapak masih menahan kepalaku. Semburan itu pun perlahan mengecil.

Baru setelah itu aku dilepaskan. Aku buru-buru berkumur dengan air sungai. Kok lengket ya...?

"BApak! Kenapa kencing di mulut Surti?"
"H?" Bapak tampak keheranan lalu tertawa...
"Bukan...Surti itu sperma bapak...."
"Apa itu sperma...?"

"Shh...nanti kamu juga mengerti...."
Ayo sini kamu senderan di batu besar itu.

"Ntar ah.... Surti kumur-kumur dulu..."
"Yah...lekas kesini yah kalu sudah..."

Bapak menunggu di dekat batu itu, memperhatikan aku yang sedang membersihkan mulut.

Setelah selesai, aku menghampirinya.

"Ayuh bersender...."

Aku menurut

"Kamu tuh cantik kayak emakmu..."
"Masak sih...?"

Lalu bapak menciumku...mermbat turun ke dada, ke perut, hingga akhirnya selangkangku dicumbunya.

"Ahh..."

Jilatannya menyapu dari belakang hingga ke depan. Berulang-ulang. Kadang masuk ke dalam, mengaduk-aduk isinya.
"Mmhh....."

Aku jadi tak tahan. Pinggulku turut bergoyang.

Owh...apakah teman-temanku yang lain juga begini dengan bapak mereka? Pikirku.
Kulepas kancing bajuku. Kuangkat kaos dalamku. Kumainkan putingku sendiri, sambil memperhatikan bapakku menjilati kemaluanku.

"Bapak...Owh..."

Kugigit bibirku menahan rasa yang menjalar dari bawah ke sekujur tubuhku.

"Pak ingin kencingg....."

Bapak tak bicara apa-apa, hanya saja jilatannya makin dipercepat. Aku merengut rambutku, menahan rasa ini.
"Ahh..ahhhhh..."

Tiba-tiba tubuhku mengejang berkali-kali.
Sesuatu yang deras menyemprot dari lubangku.

Bapak mencoba menghindar, tapi sebagian cairannya mengenai wajahnya.
"Wah Surti...deras sekali orgasmenya..."

"Ahhhh.." aku terkulai lemas di batu.
Nafasku tersenggal-seggal.

Orgasme? Apa lagi itu?

Hari itu aku dan bapak jalan-jalan ke berbagai tempat, melihat-lihat pemandangan. Kami menangkap ikan di sungai dan memetik buah di hutan. Kukumpulkan kayu bakar, membuat api unggun dan kami panggang ikan-ikan tersebut. Enaknya.
Buah segar sebagai pencuci mulut.

Kemudian Aku bermain petak umpet. Bapak jaga, dan aku bersembunyi. Saat aku keluar dari persembunyian untuk menepuk tempat jaga. Eh keduluan.

Sebagai hukumannya bapak membuka kancing-kancing seragamku, kaos dalamku diangkat, hingga putingku keliatan. Rokku dilepas, dan CDku diturunin setengah paha. Aku disuruh berlutut di tanah. Ia keluarkan batangnya dan aku dimintanya menghisapnya lagi.

"Shhh Surti...enak bagnet...."

Aku hisapa batangnya sampai spermanya keluar.

Setelah itu kami pulang.

Di dalam perjalan pulang kami bercakap-cakap.
"Pak.. emang bapak dan emak juga melakukannya yang kita lakukan tadi?"
"Iya..."
"Emak juga hisap batang bapak?"
"Iya.."
"Bapak suka jilat kemaluan emak?"
"Iya...Kan Surti sudah lihat bapak dan emak main."
"Surti boleh ikutan gak, kalau bapak dan emak main?"
"Mmm...emak mungkin gak setuju..."
"Kenapa...?"
"Mmm...memang Surti beneran ingin ikutan?"
"Iya..."
"Ya udah kita ke warung sebentar ya..."
"Ya..."

10 menit kemudian kami sampai di warung remang-remang. Bapak berbicara dengan pemilik warung. Ia sudah tua, rambutnya panjang seleher dan bewarna putih. Kalau tertawa, kelihatan giginya tinggal sedikit.
"Pak, minta raja malam sebungkus"
"Raja malam? Hehe... kenapa istrimu lagi gak bergairah?"
"Bukan....gak jadi deh, saya minta dua bungkus..."
"Buat dua malam nih...?"
"Bukan..satu malam saja..."
"Wah, wah... ada yang ingin sampai pagi nih..."
"Shhtt... dah ah ada anak kecil."

Setelah membeli entah apa itu, kami pun pergi lagi. Hari sudah agak sore. Akhrinya kami sampai di rumah.

"Lho kok kalian berdua pulang barengan?"
"Ya kebetulan papasan di jalan," jawab bapak. "Dah masak?"
"Ini lagi siapin lalap buat makan malam."
"Oooo...."

Aku segera mencuci tangan dan membantu emak menyiapkan makan malam. Sementara bapak mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air putih. Kulihat ia mengeluarkan dua bungkus raja malam dari sakunya, dan menuangkan isi serbuk ke dalam minuman itu. Ia mengaduknya.

"Bu..," panggilnya seraya melangkah mendekatinya.
"Ini diminum dulu."
"Duh, bapak baik banget...tumben ambilin air buat aku."
"Dihabisin..."
"Iya..."

Glek..glek..glek..

Emak meminum habis air putih yang diberikan bapak.

Lalu kami berdua lanjut mempersiapkan makanan.

3 menit kemudian, aku mulai melihat emak seperti gelisah.
"Ibu kenapa? Sakit?"
Emak menggeleng.
"Enggak"

Lalu ia berdiri menghampiri bapak. Kudengar ia berkata.
"Pak, badanku rasanya aneh..."
"Aneh bagaimana....?"

Emak membungkuk membisikkan sesuatu ke telinga bapak. Bapak tersenyum.

Kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam rok emak.
"Eh...pak, jangan...ada Surti...," ucap emak seraya menahan tangan bapak bergerak naik ke atas.
"Aku juga pengen kok, bu..."
"Iya...tapi gak sekarang...Ada Surti..."
"Kamu cantik deh..."

Bapak memeluk emak, dan menciumi lehernya. Tangannya meremas-remas dada emak yang besar.
"Pak Jangan...ada...Sur...ahh..."
Aku menelan ludah menyaksikan mereka berdua seperti itu. Hasratku jadi naik lagi.

Bapak memasukkan tangannya ke dalam baju emak lewat leher, dan meremas dada kirinya dari dalam baju.
"Tete kamu memang besar, Sri..."
"Selalu bikin aku nafsu...pengen dijepit hari ini pake buah dada kamu..."
"Aahh.....kamu....ngomongnya..."
"Salah ya...?"
"Enggak sayang....," ucap emak seraya meremas benda bapak dari luar celananya.

Bapak menurunkan baju di pundak emak.

Tiba-tiba..."Stop..stop pak...aduh..gimana ini... ada ap denganku. Surti pak...ada Surti..."
"Shh...mau kemana sayang.."
Bapak menarik emak hingga terduduk di tempat tidur, bapak terus menggerayangi tubuhnya.

"Surti...kemari...," panggil bapak.
"Ii..Iya pak..." Jawabku tergugup, aku berjalan mendekati mereka berdua.
"Bantu emakmu terangsang yah..."

Hmm..gimana...caranya...ya sudah aku coba masukin tanganku ke rok emak dan mengusap-usap pahanya.

"Surti..kamu ngapain nak...," tanya emak dengan nafas tersenggal-senggal.

Usapanku kunaikkan hingga menyentuh kemaluannya. Kuelus-elus daerah itu dari luar CD-nya. Emak mengernyit sambil menggigit bibirnya. Tangannya merengut-rengut celana bapak. Kain CD emak mulai terasa hangat dan lembab.

Kumasukkan tanganku ke dalam CDnya dan kucolok-colok lubangnya yang sudah basah dengan jari tengahku.
"Owh...jangan nak.....," kata emak sambil menggeleng. Ia hendak menarik lenganku, tapi bapak mencegahnya dan menahannya.

Aku tahu kalau laki-laki suka melihat CD ku...tapi kalau perempuan kayak emak...gimana ya...,aku coba deh, aku naik dan berlutut di atas tempat tidur dan kuangkat rokku.

"Emak...," panggilku sambil memperlihatkan bagian bawah tubuhku kepadanya

"Surti...," ucap emak dengan suara perlahan.

Mmm...keliatannya tidak ada reaksi yang berarti. Emak hanya membelai-belai rambutku.  Aku tak tahu, apakah aku berhasil merangsangnya?

"Surti, anak emak sayang," ucapnya. Lalu tangannya bergerak dan menarik turun celana dalamku hingga setengah paha. Kemudian telapak tangannya mengelus-elus kemaluanku.

"Emak....," seruku dengan suara yang birahi. Aku gerak-gerakkan pinggulku mengikuti gerakan tangan emakku.

"Shh...yah gitu sayang...," bisik bapakku di telinga emakku.

Bapak menarik baju emak  hingga dada kanannya yang besar terlihat.

"Surti jilatin puting emak nih..."

Aku menurut, kumasukkan puting emak ke dalam mulutku dan aku mulai menyusu di dadanya.
"NGhhh ahhhh...."
Saat aku lakukan itu emak makin gelisah. Kemaluanku pun digosok-gosok semakin cepat. Geli sekali rasanya. Di saat berasamaan bapak meraba-raba pahaku naik turun, terkadang ia remas-remas pantatku. Aku jadi terangsang banget.

"Surti...jilatin emak....," pinta emak. Ia buka celana dalamnya dan buka lebar pahanya. Emak menarik kepalaku ke arah kemaluannya.

Karena sudah beberapa kali lubangku dijilat, aku kurang lebih tahu apa yang harus kulakukan. Kubuka bibir lubang emak, mulailah kujilat-jilat semuanya.

"Angghhh..."
"Enak Sri...?" tanya bapak.
"Banget...."
"Kamu suka kita main bertiga seperti ini....?"
"Hmm..gak tahu...gak bisa mikir....aneh banget malam ini...horni banget..."
"Aku juga...terangsang banget lihat kamu dan anak kita...pengen entotin kalian"
"Shh...ayoh pak... entotin aku...entotin anak kita...."
"Kamu buka bajunya..."
"Iya..."
"Surti...," Panggil bapak.
"Ya, pak...?"
"Buka seragamnya, telanjang bareng emak..."

Aku lepas kancing seragam satu persatu. Kubuka dan kulipat bajuku, sekalian kaos dalamku. Kutaruh di tempat baju kotor. Emak juga sudah melepaskan pakainnya dan berbaring bugil. Ia mengusap-usap kemaluannya sambil memperhatikan bapak yang sedang membuka bajunya.

"Surti, celana dalamnya jangan dilepas, ya.."
"Iya pak, ini masih dipake."

Aku kembali ke tempat tidur.
Kulihat batangnya bapak sudah tegak mengacung.

Bapak memelukku dan menggendongku. Salah tangannya membelai pantatku, lalu menggosok-gosok belahan kemaluanku maju mundur dari belakang dari luar CD.
Aku pasrah digituin dan bergelantung saja di lehernya.

Selanjutnya aku diturunkan kembali.
"Surti nungging ya, sambil jilatin lagi itunya emak.."
"Iya pak."

Aku menaikkan pantatku sambil bergerak mendekati kemaluan emak. Emak melebarkan kedua kakinya menyambut kedatang lidahku di selangkangannya.

Yang tak kutahu adalah apa yang hendak dilakukan bapak. Tiba-tiba saja aku merasa seperti ada dahan besar yang menerobos lubangku yang kecil. Kepalaku sampai mengadah dan menjerit, "Aaaahh..."

Dahan itu keluar dan masuk lagi, "NGghhh..."

"Ba..pa..k...ba..pak...ngapain...nn...," tanyaku terbata-bata, karena tubuhku bergerak maju mundur dan menahan rasa nikmat.

"Bapak lagi ngentotin Surtih, nyetubuhin Surti."


Sementara itu emak memintaku untuk terus menjilat lubangnya, "Ayo nak jangan berhenti..."

"Srii...aku lagi ngentotin anak kita...."
"Iya, pak aku lihat..."

Bapak memegang pinggulku dengan erat. Kurasakan gerakannya makin kasar dan kuat. Batangnya menyeruak masuk ke dalam lubang. Disitulah aku mulai merasa kesakitan.

"Auuu...pak, stop...stop....sakit...."

Emak bangkit dari baringnya. Ia merapatkan tubuhnya ke badanku. Sehingga ku jadi agak nunggin berlutut.
"Tahan nak, ntar....enak...," ucapnya seraya menciumku dan memelintir putingku.
"Mmh mmhm...," aku tak dapat berteriak terkunci dalam cumbu emakku.
Dan memang benar, tak lama rasa sakit itu menghilang dan berganti rasa geli-geli nikmat dan itu tak dapat kubendung lagi.
Srr....srrr....srr.... aku terkencing.

"Dah keluar ya nak...?"
"Iya pak..."
"Ya dah bersihin dulu, ya...yuk ke WC.."

Aku dan bapak melangkah ke WC. Bapak mengambil gayung dan membersihkan kemaluanku.
Ada darah yang mengalir ke saluran pembuangan.
"Pak kok ada darah...?"
"Gak apa-apa nak, itu darah keperawanan, nanti kamu kalau main gak sakit lagi..."

"Sri...kemari," Panggil bapak.
Emak datang mendektai kami.
"Kalian berdua senderan di tembok, jongkok."
Kemudian bapak menarik tangan kami berdua dan menaruhnya di selangakan kami satu sama lain.
"Kalian saling masturbasi, bapak mau masukin penis bapak di mulut kalian.."
"Sini, pak, aku isepin penis bapak..," ucap emak dengan bergairah.

Batang bapak yang panjang itu diarahkan ke mulut emak, disodok-sodoknya benda itu ke mulutnya.
"Owwwhh shh....."
Setelah itu bapak cabut, ia arahkan ke mulutku. Besar banget batangnya, rasanya hampir tak muat di mulutku.
"Mmhh...shhh Surti, kecil banget mulutmu..."
Gerakan bapak berubah menjadi perlahan karena agak kesusahan.
"Ahh...ahh...ahh"
"Sri...aku dah mau keluar....aku mau keluarin di lubang kamu."

Bapak mencabut batangnya dari mulutku. Ia tarik emak kembali ke tempat tidur. Ia rebahkan emak, lalu ia tindih. Dengan gerakan yang sangat cepat, pinggulnya bergerak-gerak maju mundur.

"Nghh ahh..ahh..ahh.ahha.hhh..ah.."

Kepala emak bergerak kiri kanan dengan mata terpejam. Ia usap-usap, rengut dan jambak kepala bapak.

"Sri..Sri..aku..keluaaar....."

Aku hanya melihat dari WC bapak mencapai klimaks, Tubuhnya mengejang hebat. Sebelum ia terkulai lemas di atas tubuh emak.

Apa yang terjadi seterusnya pada malam itu adalah rahasia kami bertiga.

Keesokan harinya, emak menangis tersedu-sedu.
"Huu... apa yang telah kuperbuat...apa yang telah kita perbuat..."
"Sudah tenang..gak apa-apa," bapak mencoba menenangkan emak.
"Gak apa-apa apanya!" Bentaknya sambl memukul lengan atas bapak.

"Surti...hu u u...maafin emak nak...emak gak sadar apa yang ibu perbuat kemarin..."
Emak berlari menghampiriku, berlutut di tanah dan memelukku erat.
"Emak kenapa nangis?"
Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Hanya ada suara sesegukan.

3 menit kemudian, emak melepaskan pelukannya dan kami salling memadang. Kuusap air mata yang jatuh di pipi.
"Emak gak usah sedih....," hiburku.
"Maafin, emak ya.?"
"Maafin kenapa...?"
"Iya..yang semalam..."
Emak tak bisa lanjut berkata-kata. Ia menunduk.

"Emak....," panggilku lembut.
Emak mengangkat kepalanya. Kutatap wajah emakku yang kusayang.
Kudekati bibirnya, kemudian kucium. Kukeluarkan lidahku masuk ke mulutnya.
Tanganku masuk ke dalam bealahan leher bajunnya dan meremas-remas dadanya yang montok.

Emak mendorong tubuhku.
"Surti...jangan..."

Kuraih tangan emak. Kuangkat rokku dan kumasukkan tangannya ke dalam CDku. Lalu kuberbisik di telinganya, "Setiap hari, kalau emak mau, Surti akan jilatin lubang emak." Kemudian kubasahkan telinga emak dengan lidahku, dari tepiannya merambah hingga ke tengahnya.

Emak diam tak bergeming. Aku hanya mendengar ludah yang tertelan masuk ke tenggorokan.

"Emak mau kan lubangnya dijilatin...seperti semalam?"
Kujilati lehernya seperti saat kujilat-jilat lubang emak kemarin.

Tak lama kemudian kurasakan tangannya mulai bergerak perlahan menggosok belahan lubangku.

"Mmh...enak mak..," ucapku lirih.

AKu kembali mencium bibirnya dan memasukkan lidahku lagi ke dalam. Emak menyambut lidahku dengan lidahnya.

Lalu ia berhenti lagi dan memelukku.
"Maafin emak, Emak birahi ama Surti...," katanya sambil mengusap-usap punggungku. Perlahan turun ke pantatku. Lalu telapak tangannya menyusup masuk ke dalam rokku. Ia remas-remas kedua bongkah pantatku yang masih terbalut celana dalam. Sebelum akhirnya ia usap kemaluanku dari belakang.
"aah..Gak apa-apa, mak...ahh..ahhh"
"MAafin....," ucapnya. Kini jarinya menyelip dari pinggir CDku dan menusuk-nusuk lubangku dengan cepat.
"Gak apa-apa emak sayang...," jawabku sambil mulai mempercepat jilatanku di leher dan di telinganya.
"Mmhh ahh...Surti...mmhh..Surti, jilatin lubang emak sekarang..."

Emak berdiri dan melepaskan bajunya. Ia pegang kepalaku dan mendekatkan kemaluannya ke wajahku. Aku pun menjulurkan lidahku dan mulai membelah belahan bibir kemaluan emakku.

Yah pagi itu, emak kubuat orgasme dengan lidahku. Semenjak itu, kami bertiga sering bermain bersama di rumah atau pun di hutan dan disungai.


Tamat