Aku dan Mama ( Bagian 2 )

x


Ku lihat suamiku telah selesai mandi. Karena tadi aku juga sempat horny karena kelakuanku dengan anakku aku mengajak suamiku melakukannya. Kami melakukan hubungan suami-istri yang panas malam itu hingga akhirnya kami tertidur (gak perlu diceritakan deh detailnya, soalnya biasa dan pembaca juga tahu apa yang terjadi).

Esok harinya aku bangun pagi seperti biasanya. Beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anakku. Saat sedang sibuk memasak di dapur, sepasang tangan merangkul pinggangku, ku lihat ke belakang ternyata Dio anakku dengan tubuh telanjang hanya membawa handuk yang di kalungkan di lehernya.

“ Sayang, apaan sih, bukannya mandi.. ntar kamu terlambat ke sekolahnya” kataku sambil berusaha melepas pelukan tangannya.
“Bentar mah, abis bangun pagi ngaceng nih, apalagi liat mama gini.. mama lanjutin aja deh masaknya, Dio gak ganggu kok”jawabnya.

Saat ini aku menggunakan daster dengan celemek untuk masak. Aku biarkan saja dia memelukku dari belakang sambil aku masih terus memasak. Lama-kelamaan dia mulai meraba payudaraku dari balik celemek dan dasterku, juga masih aku biarkan saja. Selanjutnya dia mulai menggoyangkan pinggulnya, menggesek-gesekkan penis tegangnya di belahan pantat ibu kandungnya ini yang masih tertutup kain.

“Sayang, kamu mulai nakal yah.. masa gesek-gesikin itunya kamu ke mama sih” kataku tapi tidak berusaha melepaskan diriku darinya. Dianya ketawa-ketawa saja.
“Itu apa mah? ngomong yang jelas dong mah” katanya pura-pura bodoh menggodaku.
“Itu kamu.. burung kamu” kataku dengan agak sebal karenanya, hentakan penisnya makin keras dan kencang saja di belahan pantatku.
“Itu bukan burung mah, tapi kontol mah.. coba mama bilang lagi” katanya kurang ajar mempermainkan mamanya.
“Iya… kontol. Masa kontol kamu digesekin di pantat mama gitu sih sayang” kataku menuruti kemauannya.
“Digesekin gimana mah?” katanya pura-pura bodoh lagi, kali ini makin kencang saja gesekannya di belahan pantatku, bahkan menyelip di pahaku sehingga kain dasterku ikut terlipat di antara pahaku.

Selanjutnya dia melepaskan pelukannya tapi kini malah meraih bokongku dan memegangnya, dia lanjutkan kembali aktifitas mesumnya terhadapku. Kini posisiku seperti sedang disetubuhi olehnya dari belakang.

“kainnya menghalangi aja nih mah” katanya.

Aku diamkan saja perkataannya sambil dia masih asik dengan aktifitasnya.

“Ma, temenin Dio mandi dong mah.. udah lama nih gak rasain dimandiin mama” pintanya terhadapku.

Sebenarnya itu adalah permintaan yang biasa dari seorang anak pada ibunya, namun tidak bila anaknya sudah sebesar ini, dengan bulu yang sudah tumbuh disekitar kemaluannya.

“Kamu ini ada-ada aja, mandi sendiri sana.. lagian papamu bentar lagi bangun, udah sana mandi, terlambat nanti sekolahmu” jawabku menolak permintaanya.
“ Yah.. mama, tapi nanti habis pulang sekolah Dio tagih ya ma, hehe” pintanya.

Akhirnya dia masuk ke kamar mandi di samping dapur dan segera mandi. Dia sempat membuka pintu kamar mandi dan menunjukkan penisnya di hadapanku.

“Ma.. liat nih..” katanya sambil mengocok penisnya yang berlumuran busa sabun dihadapanku.

Sungguh perbuatan yang cabul terhadap ibu kandungnya sendiri.

“Kamu apa-apaan sih, tutup pintunya” suruhku padanya tapi tanpa menunjukkan kemarahan.

Akhirnya dia menutup pintu dan melanjutkan mandinya.

Kami pagi itu serapan bersama seperti biasa, aku sarapan sambil menyusui bayiku dan Aku dan Dio duduk berhadap-hadapan, sehingga dia serapan sambil juga memandang payudaraku yang sedang menyusui adiknya. Suamiku sih menganggap biasa aku yang menyusui di hadapan Dio. Sedang asik-asiknya sarapan kaki Dio mengelus-ngelus kakiku dari bawah meja sehingga perbuatannya ini tidak terlihat oleh suamiku.

Aku hanya melototkan mataku kepadanya sebagai isyarat agar dia berheti, namun dia Cuma senyum-senyum kecil saja. Dasar anak nakal, kataku dalam hati. Dia lakukan kemesuman itu sampai kami selesai sarapan. Lalu dia pun berangkat ke sekolah dengan motornya begitu juga suamiku yang juga berangkat kerja.

“Tok-tok” Terdengar suara ketukan pintu depan. “ma…. Dio pulang…” ternyata Dio anakku yang sudah pulang.

Siang itu aku sedang mencuci baju, segera ku bangkit dan menuju pintu depan.

“Lama amat sih ma” sambil masuk dan melepaskan sepatunya.
“Iya.. mama lagi nyuci dibelakang, tumben kamu cepat pulang biasanya keluyuran dulu?” tanyaku.
“Kan mau nagih janji mandi bareng mama” jawabnya cengengesan.
“Dasar kamu, emang ada mama janji? Hmm… yaudah letakkan tas kamu dulu ke kamar, mama tunggu di belakang.”

Kataku sambil menuju kamar mandi belakang yang mana juga tempat mencuci, dia juga menuju kamarnya.

Setelah beberapa saat dia telah kembali dengan hanya mengenakan celana dalamnya. “dasar kamu.. udah gak tahan yah…?” godaku.

“Hehe.. iya nih ma” jawabnya. Aku segera mengajaknya masuk kedalam kamar mandi.
“ Masa udah gede gini masih dimandikan mamanya sih? Sini mama yang bukain kolor kamu” kataku tersenyum manis sambil membuka celana dalamnya dan menaruhnya ke tempat cucian.

Penis tegangnya mencuat di hadapanku, ibu kandungnya .

“Mama harus ikutan mandi juga nih?” kataku menggoda padanya.
“Iya dong mah..” jawabnya penuh mesum.
“ Dasar kamu.. mama sendiri dimesumin” kataku tersenyum menatap matanya.
“Mama sih.. cantik, seksi, terus gak nolak di mesumin anak kandungnya.. hehe” ujarnya kurang ajar padaku, aku hanya tersenyum saja mendengar jawabannya.


Aku mulai membuka pakaianku dimulai dari kaos, kemudian celana, bra dan terakhir celana dalamku. Kini aku benar-benar bugil dihadapannya, dia menjadi orang kedua yang melihatku bugil setelah suamiku. Jantungku berdegup kencang, apa aku harus melakukan ini? Mandi bersama anak laki-lakiku yang sedang horny berat terhadap ibu kandungnya sendiri.

Tapi sisi lain diriku ingin mencoba hal yang nakal seperti ini, menyadari hubungan kami ibu dan anak kandung makin membangkitkan gairahku menjadi meluap-luap, pastinya Dio anakku juga merasakan hal yang sama.

Dia mulai mendekati tubuhku yang telanjang didepannya.

“Mama cantik banget” katanya mulai meraba payudaraku dan mengusap-ngusap punggung dan pinggangku.

“Aduh.. kamu ini mau mandi atau grepe-grepe mama sih sayang?” tanyaku tapi tidak berusaha menepis tangannya.

Dia dekatkan mulutnya ke putingku, kembali air susuku yang sudah memenuhi payudaraku memenuhi mulutnya dan dengan nikmat masuk ke kerongkongannya. Air susuku dihisap habis-habisan olehnya.

“Hisap yang kiri juga dong sayang, masa yang kanan mulu” ujarku padanya.

Diapun memindahkan kulumannya ke dada kiriku. Cukup lama dia hisap susuku sambil berdiri, kedua dadaku dia hisap bergantian. Penisnya yang tegang kadang menyentuh pangkal pahaku, menggesek-gesek disana disekitar vagina dan paha atasku, ku biarkan saja aksinya tersebut.

“Hmm.. sayang, penis kamu nyentil-nyentil mama tuh..” kataku tapi dia masih asik meminum susuku.
“Ma.. penis Dio diselipin di dada mama dong..” pintanya.

Sepertinya dia sudah horny berat. Aku yang juga sudah mulai horny mengiyakan permintaannya. Aku jongkok di depannya, dia letakkan penisnya diantara kedua buah dadaku dan mulai memompanya maju mundur. Aku juga ikut membangkitkan gairahnya dengan ikut mengayunkan tubuhku naik-turun dan meremas kedua payudaraku sendiri sehingga air susuku muncrat mengenai pahanya dan melumuri penisnya yang sedang nikmat menggesek-gesek disela buah dada ibu kandungnya.

Kami keluar dari kamar mandi dengan masih bertelanjang bulat. Dia terduduk di ranjang sambil melihat aku yang sedang mengeringkan rambutku. Ku lihat penisnya bangkit lagi melihat tubuhku.

“Ayo… kamu mikirin apa? Tuh tegang lagi penismu” godaku.
“Hehe .. iya nih ma.. Dio liatin mama sambil ngebayangin Dio lagi ngentotin mama, pasti enak tu mah..” katanya vulgar kurang ajar kepada ibu kandungnya.
“Hushh.. kamu ngomongnya kurang ajar amat sama mama” kataku tersenyum dan tertawa kecil mendengarnya.
“Ma.. ngentot yukk” ajak anakku ini.
“Yuk ma.. udah gak tahan nih pengen ngentotin mama, apalagi diranjang mama sama papa” katanya makin kurang ajar saja.

Aku tentu saja keberatan dengan permintaannya tersebut, itu sudah terlalu jauh, tapi aku yang tidak tega dan juga horny akhirnya memberi dia keringanan.

“Kamu gesek-gesekin penis kamu di vagina mama aja yah sayang.. tapi jangan dimasukin, dosa loh kalau bohong” anjurku, dia yang sudah horny mengiyakan saja ajakanku.
“Yuk, sayang naik ke ranjang mama” ajakku.

Kami berdua naik ke atas ranjang, ranjang dimana biasanya hanya ada aku dan suamiku diatasnya untuk tidur ataupun bercinta, kini di atasnya telah berada aku dan anakku yang telah bertelanjang bulat, yang sudah terbawa nafsu sedarah yang menggebu-gebu.

Dia mulai merangkak diatas badanku dan mulai menggesek-gesekkan penisnya di permukaan vaginaku.“Inget ya sayang, jangan sampai masuk, punya papamu lo itu..” kataku mengingatkannya kembali. Dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum dan melanjutkan aksinya menggesek-gesekkan penisnya dipermukaan vaginaku.

“Ma, masukin dikit boleh yah ma… kepalanya aja kok, plissss..” pintanya memelas.
“Kan tadi janjinya Cuma gesek-gesekin aja, gimana sih? Ya udah deh.. tapi janji ya Cuma kepalanya” kataku menyetujui permintaan mesumnya.

Dia arahkan ujung penisnya tepat di depan vaginaku, mencoba memasukkan kepala penisnya diantara bibir kemaluanku. Perlahan ujungnya mulai masuk dan akhirnya kepala penisnya masuk ke dalam kemaluanku. Dia mulai mengayunkan badannya maju mundur dengan kepala penis yang telah masuk ke dalam vagina ibunya.

“Ouuhhh… enak mah” racaunya. Nafsu sudah meyelimuti kami, membakar birahi kami ibu dan anak.

Walau hanya kepalanya saja yang masuk namun sepertinya sudah memberikan kenikmatan yang luar biasa baginya. Kadang penisnya masuk lebih dalam tapi tidak seluruhnya, aku yang menyadarinya membiarkannya saja. Melihat aku yang tidak melawan, dia lanjutkan kembali aksinya memasukkan penisnya lebih dalam ke vaginaku. Hingga akhirnya ku sadari bahwa dia telah memasukkan penisnya seluruhnya, maju-mundur di vagina ibunya.

“Ouughhhhhhh….. terus sayang, kamu nakal.. menyetubuhi ibu kandungmu sendiri… diatas ranjang mama dan papamu lagi… oghhhh… yaaahhh… enak sayang… terus anakku.. setubuhi ibumu” kataku kesetanan.

Kami semakin menggila, dia makin cepat memompa diriku.

“Ma… mau keluar mah…” erangnya.

Ranjangku betul-betul bergoyang kencang, bahkan dengan suamiku kami tidak pernah bersetubuh sehebat ini. Tubuh kami bermandikan keringat. Membayangkan hubungan kami ibu dan anak makin membuat nafsuku tak terkendali, apalagi membayangkan kalau aku hamil oleh anak laki-lakiku sendiri.

“Keluarin didalam saja sayang.. hamili mamamu iniiii” kataku yang telah dibanjiri nafsu yang tak terbendung.
“Crooot…crooot” dia menyemprotkan spermanya berkali-kali berbarangan dengan orgasmeku, memenuhi rahim ibu kandungnya sendiri.

Dia kelihatan sangat puas. Sesudah itu sepanjang sore hingga malam kami lanjutkan ronde-ronde selanjutnya, kami bahkan lupa untuk makan, bahkan bayiku yang sedang menangis-nangis sampai terabaikan olehku. Kini yang ada dipikiran kami hanya persetubuhan sedarah. Genangan sperma dan air susuku yang tidak berhenti menyemprot ada dimana-mana, belepotan diatas ranjang aku dan suamiku ini, bahkan ditubuhku sudah belepotan spermanya yang tidak pernah puas menyiram di dalam maupun diluar tubuh ibu kandungnya ini.

Sedangkan dia sangat kenyang meminum air susuku yang sepertinya tidak ada habisnya, melumuri penis dan tubuhnya dengan susuku. Aku bahkan melakukan apa yang belum pernah ku lakukan pada suamiku, yaitu menjilati dan mengulum penisnya serta menelan spermanya yang kini aku lakukan terhadap anakku tanpa rasa keberatan. 

Aku juga menjilati lubang anusnya dan menyodok lubang anusnya dengan lidahku sedalam yang ku bisa, selain itu aku juga membenamkan payudaraku dengan putting yang mencuat tegak ke sekitaran lubang anusnya, membasahi selangkanngannya dengan air susuku, yang semakin membuatnya merasa kenikmatan.

Sebuah kenikmatan yang diperolehnya dari ibunya sendiri. Kami melakukan ini sampai lupa waktu, entah sudah jam berapa ini. Bisa saja suamiku pulang kapanpun itu, namun membayangkan suamiku memergoki kami sedang melakukan perbuatan tidak bermoral ini, antara istri dan anak kandungnya sendiri, di dalam kamar kami dan diatas ranjangku dan suamiku, malah membuat sisi binalku semakin gila menjadi-jadi.

“TERUS SAYANG.. SETUBUHI MAMA… JANGAN BERHENTI… SIRAM PEJUMU KE RAHIM MAMA SEPUAS-PUASMU… HAMILI MAMA… MAMA DISINI SEBAGAI PEMUAS NAFSUMU ANAKKU… “Racauku kesetanan.